MIMIKA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika, Papua Tengah, melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) melaksanakan Kegiatan Seminar Akhir Kajian Pengembangan Budidaya Kopi Robusta di Kabupaten Mimika, berlangsung di Ruang Rapat Kantor Bappeda Mimika, Rabu (22/11/2023) .
Kegiatan ini disampaikan dan dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Bupati Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan, Septinus Timang, S.Sos, MH, didampingi oleh Sekretaris Bappeda Kabupaten Mimika, Yoseph Manggasa, ST, M.Si.
Turut hadir dalam kegiatan ini para Pimpinan/perwakilan OPD pada lingkup Pemkab Mimika, OPD terkait dan para petani kopi.
Narasumber dalam seminar ini merupakan tiga pakar/ahli di Bidang Pertanian dan Ilmu Tanah dari Fakultas Pertanian Univesitas Papua (UNIPA) Manokwari, Papua Barat, yaitu Dr. Ir. Antonius Suparno, MP (Ahli Bidang Pertanian), Samsul Bachri, SP, M.Si., (Ahli Bidang Perencanaan Wilayah dan Konversi Tanah) dan Dr. Yohanis Kamakaula, SP, M.Si (Ahli Bidang Sosial Ekonomi Pertanian).
Mewakili Bupati Mimika, dalam Berbagainya Septinus Timang, menyampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai ekspor kopi indonesia ke banyak negara mencapai 1,13 miliar dolar amerika, sehingga tidak mengherankan jika kopi menjadi komoditi perkebunan unggul indonesia yang memiliki nilai ekspor tinggi.
“Pertumbuhan angka ekspor kopi pada tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 12,92 persen, jika dibandingkan dengan tahun 2021, maka hal ini menyebabkan Indonesia akhirnya berada di peringkat ke 4 produsen kopi terbesar di dunia,” ucapnya.
“Indonesia merupakan negara pertanian, hal ini dapat dilihat dari luasnya luas lahan yang dipergunakan untuk pertanian, berdasarkan luas lahan yang ada di Indonesia yang digunakan untuk lahan pertanian. Selain itu, sektor pertanian juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia,” jelasnya.
Septinus menambahkan, salah satu keunggulan kopi Indonesia dibandingkan dengan negara lain adalah keberagaman wilayah pengembangan, sehingga menciptakan cita rasa beragam yang khas dari setiap lokasi, karena sifat yang spesial.
Terlebih lagi, tingkat konsumsi kopi, baik di dalam negeri maupun luar negeri, akan terus meningkat, karena penggemar kopi semakin banyak. Yang minum kopi bukan lagi di dominasi kaum tua saja, namun saat ini telah menjadi gaya hidup kaum milenial, sehingga mendorong tumbuh kembangnya usaha kafe,” ujar Septinus.
Menurutnya, budidaya kopi di Indonesia tidak hanya dikembangkan di satu daerah, melainkan di banyak daerah di berbagai provinsi, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
“Ada dua jenis biji kopi yang banyak ditanam di Indonesia, yakni Robusta dan Arabika. Beberapa daerah di Papua sejak lama telah ada budidaya kopi dan terkenal seperti Kopi Arabika Wamena di Kabupaten Jayawijaya, Kopi Robusta Ambaidiru di Kabupaten Yapen, Kopi Arabika Moanemani di Kabupaten Dogiyai dan Kopi Arabika Amungme di Kabupaten Mimika,” tuturnya.
“Peluang untuk mengembangkan kopi sebagai penggerak perekonomian masyarakat dan daerah masih sangat besar. Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi besar dalam pengembangan kopi. Namun saat ini pengembangan kopi masih terbatas pada daerah-daerah tertentu yang sebelumnya sudah ada budidaya kopi.
Oleh karena itu, saya menyambut baik kerjasama yang dilakukan dengan Fakultas Pertanian UNIPA Manokwari dengan kepakarannya, dapat melakukan kajian pengembangan kopi, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, untuk melihat potensi dari biofisik lahan, sistem budidaya, petani dan manajemen usaha tani yang ada ,” ungkap Septinus.
Mengakhiri Beragam, Septinus berharap kegiatan seminar tersebut dapat diikuti dengan baik dan masing-masing OPD dapat menyampaikan masukan dan saran yang bermanfaat.
“Saya berharap pada kegiatan seminar akhir ini hadirin semua bisa memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi pembangunan di Kabupaten Mimika. Sehingga kajian ini dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Kabupaten Mimika. Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada tim ahli dari Fakultas Pertanian Universitas Papua Manokwari atas kerjasama yang telah terjalin,” harapnya.
Sementara itu, Sekretaris Bappeda Kabupaten Mimika, Yoseph Manggasa, ST.,M.Si., juga menyampaikan bahwa seminar ini ada untuk melakukan proteksi kekayaan alam mimika khususnya pada budidaya tanaman kopi dengan menjadikan sebagai hak paten pada Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
“Seminar pengkajian ini muncul bagaimana kita memproteksi kekayaan alam kita, khususnya kopi ini untuk kita jadikan sebagai paten di HAKI, untuk Hak Kekayaan Intelektual,” ujarnya.
Yoseph menambahkan, dasar pemikiran kegiatan ini muncul terkait dengan pengkajian pengembangan budidaya kopi Robusta di Mimika, sehingga kekhasan atau cita rasa dari kopi terutama untuk pengusaha-pengusaha dapat dipatenkan di HAKI.
“Oleh sebab itu, kami dari Bappeda sebagai perencana, mengawali dengan survei kajian kesesuaian lahan yaitu melihat lahan-lahan kita di Kabupaten Mimika, bagaimana keseimbangannya terhadap pertumbuhan dan kehidupan kopi, khususnya yang ada dibeberapa distrik yang menjadi lokasi kajian,” jelas Yoseph.
Yoseph juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim dari UNIPA yang telah memberikan materi terkait dengan strategi-strategi pengembangan budidaya kopi khususnya kopi Robusta tersebut.
“Terima kasih kepada pihak UNIPA, ini juga merupakan tanggung jawab pemerintah daerah untuk terjalinnya kerjasama dalam rangka sinergi terhadap pembangunan di Kabupaten Mimika,” tutup Yoseph.
Tim Liputan Diskominfo Mimika