Peluncuran Satelit Multifungsi Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) menjadi salah satu upaya Pemerintah meningkatkan konektivitas dan mengurangi kesenjangan digital di Indonesia.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menjalankan arahan Presiden Joko Widodo untuk pemerataan konektvitas digital dengan menjalankan membangun Base Transceiver Station (BTS), jaringan kabel serat optik Palapa Ring, serta akses internet satelit melalui SATRIA-1.
Peluncuran SATRIA-1 yang akan berlangsung pada 18 Juni 2023 waktu Amerika Serikat, ditargetkan untuk mengikis kesenjangan digital nasional. Pelaksana Tugas Menteri Komunikasi dan Informatika Mahfud MD menyatakan SATRIA-I sebagai kebijakan akselerasi penyediaan internet di desa yang tidak dapat dijangkau teknologi fiber optik dalam 10 tahun ke depan.
“Ini adalah upaya untuk memeratakan pembangunan dan menginklusikan masyarakat dalam ekonomi digital dengan penyediaan internet di area manapun di negeri ini. Prioritas utama penerima akses internet dari SATRIA 1 adalah sektor pendidikan, fasilitas layanan kesehatan, kantor pemerintah daerah, serta TNI dan Polri,” ujarnya dalam Konferensi Pers Peluncuran SATRIA-I di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Selasa (13/06/2023).
Akses internet yang disediakan oleh SATRIA-1 akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat di lokasi layanan publik yang belum memiliki akses atau mengalami kualitas internet yang belum memadai.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Ismail mengungkapkan SATRIA-1 merupakan satelit milik pemerintah yang akan dimanfaatkan secara gratis oleh masyarakat.
“Masyarakat akan menerima layanan dalam bentuk Wifi yang berada di fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor pemerintah, TNI, dan Polri. Nah layanannya itu nanti akan langsung ditujukan pada titik titik pusat layanan. Masyarakat di sekitar yang akan menikmati itu dalam bentuk wi-fi," tuturnya dalam acara yang sama.
Akses Internet Satelit
SATRIA-1 merupakan salah satu dari lima satelit internet dengan kapasitas terbesar di Asia. Dengan kapasitas sebesar 150 Gbps, SATRIA-1 memanfaatkan konsep frequency reuse untuk efisiensi penggunaan frekuensi dan peningkatan kapasitas bandwidth dibandingkan dengan teknologi konvensional.
“Kapasitas internet yang disediakan bisa mencapai 150Gbps. SATRIA-1 mampu menjangkau daerah terpencil atau terisolasi dengan biaya layanan yang efisien dan waktu yang lebih cepat dibandingkan teknologi teresterial,” tutur Pelaksana Tugas Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo Arief Tri Hardiyanto.
Selain untuk mendukung akses internet di 150 ribu titik pelayanan publik kesehatan, pendidikan, pemerintahan dan kepolisian, SATRIA-1 juga bisa digunakan untuk mendukung pelaku UMKM dan Ultra Mikro (UMi) onboarding.
SATRIA-1 hanya salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan layanan akses internet nasional. Kementerian Kominfo telah mengidentifikasi kebutuhan akses internet secara nasional total 400 Gbps. Bahkan, secara keseluruhan dalam Peta Jalan Satelit Nasional, Indonesia membutuhkan 900 sampai 1.000 Gbps atau 0,9 hingga 1 Terabita per second satelit.
“Indonesia akan menjadi negara pengguna satelit yang cukup besar karena memang luas wilayah dan kebutuhan besar sekali. Memang SATRIA-1 saja belum cukup, apalagi jika ada kebutuhan untuk meningkatkan bisa menjadi 10 Mbps,” tutur Arief Tri Hardiyanto.
Bagaimanapun, SATRIA-1 ini adalah langkah besar untuk jangka menengah dalam melayani kebutuhan masyarakat Indonesia, terutama di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar.
Seperti pernah disampaikan Presiden Joko Widodo, upaya menghubungkan seluruh pelosok nusantara melalui tol langit bukan hanya untuk kepentingan ekonomi semata.
Lebih dari itu, keberadaan tol langit SATRIA aka merangkai negara Indonesia yang sangat besar. Sekaligus mempercepat pelayanan pendidikan, kesehatan, dan untuk mendukung sinergi budaya nusantara. Tentu saja akan memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai sebuah bangsa besar.
sumber : humas@mail.kominfo.go.id